“Aura Senin”
Jakarta, 30 Oktober 2006
Hari ini adalah hari pertama masuk kerja pasca libur Hari raya Idul Fitri. Libur lebaran kali ini memang lumayan panjang – 10 hari, tapi tetap saja ada beberapa rekan kerja yang belum merasa cukup, buktinya beberapa meja di ruangan saya masih ada yang kosong, itu tandanya mereka minta tambahan libur dengan mengambil jatah cuti yang memang sudah menjadi haknya.
Mengawali Hari pertama ini saya harus bangung jam 4.30 untuk kemudian bersiap berangkat ke kantor, sebab jam 4.50 WIB saya sudah harus berangkat kerja. Sepagi itukah…? Ya tentu saja, sebab saya harus berangkat dari Rumah saya – sebenarnya rumah orang tua saya – di Tangerang, perjalanan dari rumah saya ke kantor sekitar 2 jam itupun kalau lancar, maklumlah saya kan orang pinggiran rumah saya ada di pelosok Tangerang, bahkan berbatasan dengan kabupaten Serang (Ibukota Banten). Memang sangat melelahkan jika tiap hari harus bangun jam 4.50, itulah sebabnya saya sekarang kost di daerah Kelapa Gading, yang jaraknya sekitar 10-15 menit dari kantor. Dan hanya seminggu sekali saya pulang ke Tangerang. Saat masuk kantor seperti sekarang tentunya menyisakan energi kemalasan dalam diri saya, satu sisi saya masih sangat rindu untuk bangun siang, banyak istirahat, dan bercengkrama dengan keluarga, tapi apa boleh buat, hari ini saya harus ‘membunuh’ energi kemalasan yang mulai tumbuh di diri saya bak cendawan di musim penghujan.
“Aura Senin” begitulah saya sebut hari ini, sebab bagi banyak orang menganggap senin adalah hari yang paling berat dari 6 hari lainnya dalam 1 minggu, maka bagi orang kantoran slogan “I don’t like Monday” bukanlah hal yang asing, terlebih lagi setelah melalui liburan panjang maka ‘aura senin’ semakin terasa. Hal ini timbul mungkin dikarenakan pada hari senin orang akan kembali menjalani rutinitas kerja yang berat selama 5-6 hari kerja ke depan, padahal hari sebelumnya kepenatan sudah dihilangkan dengan libur. sehingga hari senin sebagai awal pekan jadi terasa sangat berat menghadapinya “all start is difficult” begitu kilah orang.
Begitu beratnya menghadapi “aura senin”, sudah dua hari ini saya terbayang akan beban pekerjaan yang saya akan hadapi saat masuk kerja, padahal bayangan ini telah menyita kenyamanan liburan saya, tapi kemudian saya teringat oleh kata-kata seorang bijak bahwa “liburan indah anda akan segera berakhir begitu anda memikirkan pekerjaan” ucapan itulah yang kemudian membangunkan saya dari lamunan tentang beratnya pekerjaan, jalani hidup apa adanya, jangan memikirkan sesuatu diluar proporsi dan kondisi. Likulli maqaamin maqaalun, wa likulli maqaalin maqaamun. Memikirkan pekerjaan pada saat liburan bukanlah sesuatu yang tepat, begitu pula halnya dengan memikirkan liburan dan takut kerja di saat harus bekerja juga bukan tindakan yang bijaksana.
“Thanks God Today is a new day…” Begitulah Slogan yang selalu di kumandangkan teman kantor saya, dan slogan ini pula yang pada hari ini saya pakai untuk menghadapi beratnya “Aura Senin”. Sebenarnya banyak cara untuk melenyapkan aura senin, diantaranya adalah komitmen dan positif thinking. Komitmen adalah keinginan dan kerja keras untuk mencapai apa yang diinginkan, sedangkan positve thinking adalah memandang sisi baik dari setiap kejadian. Komitmen akan menjadi sumber energi dan ruh dari setiap pekerjaan, komitmen juga layak disebut sebagai niat, yang posisinya menentukan hasil dari sebuah pekerjaan. Jika sebuah pekerjaan dimulai dengan komitmen buruk, maka buruk pula hasilnya apapun hasil dan bentuknya. Tapi apabila sebuah tindakan diawali dengan komitmen yang baik, maka hasil kebaikan yang akan kita tuai apapun hasil dan bentuknya. Karena menurut kepercayaan saya, bahwa orientasi nilai menurut islam adalah berdasarkan Proses bukan hasil, sedangkan sebuah proses akan dimulai dari membangun fondasi awal yaitu niat. Maka untuk hari ini niat saya adalah “Lillahi Ta’ala”. Semua diniatkan ibadah untuk Allah, sebab semua yang diniatkan untuk Allah akan berefek kebaikan dunia dan akherat, sedangkan yang diniatkan bukan untuk Allah maka tidak akan memberikan efek ibadah untuk dunia dan akherat.
Mengenai positive thinking, saya lebih tertarik untuk menyebutnya optimisme yang merupakan antonim dari kata pesimisme. “Orang pesimis akan memandang kesulitan di setiap kesempatan, sedangkan seorang yang optimis akan melihat kesempatan kendati dari sebuah kesulitan.“. Hari ini, besok bahkan seumur perjalanan hidup kita akan sangat sulit kita jalani jika kita selalu berpikiran buruk. Bagi seorang yang pesimis, setitik tahi lalat di wajah akan dianggap sebagai kotoran yang harus di bersihkan, beda halnya orang yang optimis, akan memandang tahi lalat sebagai pemanis wajah yang apabila dihilangkan maka akan mengurangi keindahan sebuah wajah.
Untuk itulah pada hari ini, saya ingin melawan “aura senin” dengan senjata ampuh saya yaitu “komitmen dan positive thinking”. Dan hasilnya, Alhadulillah cukup sukses. Ditambah lagi pada hari pertama ini saya ikutan acara Halal bi halal beserta seluruh karyawan Astra International di Head Office, acara ini tentunya menambah bahan bakar perjuangan saya untuk menjalani hidup lebih baik dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar