Kebangkitan Kawan Lama
My Diary : 6 Maret 2008
Minggu ini adalah minggu yang menyenangkan, banyak kejadian luar biasa yang aku alami, semua peristiwa hebat itu mengalir begitu deras sehingga membludak di sanubariku dan mendorongku untuk giat menuliskannya. malangnya aku, hanya terhitung satu tulisan diary yang mampu aku tulis, padahal mestinya sejuta karya yang harus kutelurkan.
Ternyata banyaknya kejadian, dan dorongan yang kuat untuk menulis tidak selalu membuat kita semakin produktif menulis. Itulah mungkin yang dirasakan oleh sobat karibku Edi Hudiata yang piawai merajut kata dalam tulisan, tapi tak mampu mengoretkan tintanya sama sekali. Ibarat semut yang shock di gudang gula, syukur-syukur semut itu gak punya penyakit jantung, yang membuat dia mati terkapar, dalam kasus sobatku edi, dia tak sampai mati hanya perlu adaptasi dengan dunia barunya di
Kalau boleh menerka-nerka, rasanya negeri Cleopatra yang mengalir sungai Nil di sekitarnya lebih memacu libido edi dalam menulis, atau edi sedang mendamba Cleopatra
Edi yang lulusan universitas ternama di negeri Fir’aun, sanggup menggetarkan layar monitor PC-ku pagi ini. Betapa tidak, setelah sekian lama absent di Inbox Emailku, Tulisannya yang bertajuk “Pesona Cleopatra Tak Pudar Di Banten; Membincang Film “Ayat-ayat Cinta” ternyata mendobrak tangga urutan tertinggi dari antrian emailku pagi ini. Wow.. ternyata Edi mulai perkasa, apakah karena asupan energy drink yang semalam dia minum? atau karena dia telah menemukan kembali potongan jiwanya yang selama itu terhempas??
Apapun yang membuat Edi kembali menulis, pastinya dalam hatiku aku berharap 2 hal untuknya, pertama, semoga saja ini awal dari kebangkitan kreatifitasnya yang selama ini teronggok tak berdaya. Kedua, semoga saat Edi menyaksikan Ayat-ayat Cinta, disampingnya duduk seorang Cleopatra yang telah mewarnai dirinya, entah dia dia seorang putri dari Marbela Anyer, seorang bidadari dari STMIK Banten, atau seorang Peri dari Ciracas Serang? siapapun dia. Siapapun dia, aku bersyukur Kawan lamaku telah bangkit.
Satu hal untuk kawanku dan diriku, tak peduli sebanyak apa kejadian yang kamu alami, yang terpenting adalah, sebanyak apa hikmah yang kau raih dari setiap kejadian itu.
Kalau kau melihat lautan, jangan hanya seperti anak kecil yang asyik bermain di pinggir pantai, terlena mengumpulkan potongan kerang di bibir laut, sedangkan keindahan sejati bukan ada dipermukaan. Untuk itu, selamilah lautan, kendati teramat luas untuk kau jelajahi, paling tidak kau tidak tertipu oleh buaian permukaan yang menghanyutkan. Kalaupun kau mati tenggelam di dalamnya, engkau sudah menjadi bagian dari lautan yang penuh hikmah dan kesucian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar