Kamis, 27 Maret 2008

Palembang, I’m Coming...!


Palembang, I’m Coming...!

Palembang, 9 maret 2008

Hari ini adalah hari pertama saya di Palembang dan kali ke-4 saya dinas di Palembang. Perjalanan Jakarta-Palembang terasa sangat singkat, baru saja para pramugari Garuda menyuguhkan hidangan,tak lama kemudian announcement kedatangan di Palembang sudah didengungkan. Ya itulah manfaat positif dari kemajuan teknologi, tak terbayangkan oleh saya jika harus melakukan perjalanan tanpa kendaraan bermesin seperti mobil dan pesawat. Tentu perjalanan ke Palembang tidak akan memakan waktu 1 jam seperti sekarang melainkan berhari-hari dan melelahkan.

Setiap menjalani perjalanan hidup,saya selalu berusaha mengambil daya tariknya sendiri, selalu ada kejadian yang amat menarik untuk dicatat dan dijadikan hikmah. Khusus di Palembang kali ini, daya tarik terbaru adalah dari kembalinya gairah pemerintah kota Palembang untuk menghidupkan gemerlap pariwisata di Palembang. Belum lekang dari ingatan saya, pada akhir 2007 yang lalu, Pemerintah kota Palembang me-launching program pariwisata ’VISIT MUSI 2008’ yang dibuka dengan sebuah event megah, hingga melibatkan beberapa stasiun TV nasional yang menyiarkan secara langsung prosesi tersebut.

Sempat menggelora rasa penasaran saya untuk segera melihat dan merasakah aura perubahan Palembang setelah Visit Musi digelar, walhasil tiba juga saya menyaksikan perubahan tersebut. Apakah perubahan tersebut sepektakuler? Ternyata hati saya bergidik, ”Lumayan Juga..!” walau tak seperti ekspektasi awal saya yang mendamba sebuah perubahan sepektakuler di kota pempek ini.

Perubahan yang paling nampak dari Visit Musi ini adalah dibuatnya beberapa taman dan area lapang serbaguna di kolong jembatan ampera di sisi Sungai Musi. Sungai dibuat sedemikian bersih dengan tempat parkir kapal yang diatur rapih. Perubahan lainnya adalah mulai dibangunnya jalan layang di jalan dekat akses ke bandara yang – seingat saya – sejak 8 bulan yang lalu sudah mulai dirintis, tapi belum rampung sehingga hanya menyisakan kemacetan dan pengalihan arah lalu lintas.

Perubahan lainnya? Air mancur di depan mesjid Agung yang selama ini dibiarkan teronggok tak berjalan, kini mulai diaktifkan kembali. Batin saya berkata ”gitu donk, masak sich dibuat hanya untuk menyambut Megawati –saat itu masih menjabat Presiden yang datang meresmikan PON – kemudian dibiarkan tak terurus..!”

Apalagi yang berubah? Banyak..! Jalanan semakin macet, pengemis dan anak jalanan semakin nyata terlihat, mall semakin ramai pengunjung, pasar tradisional semakin terpinggir, angkot membludak, kendaraan menjamur, dan yang juga nyata terlihat adalah gaya hidup metropolis mulai menjamah para penduduknya terutama anak muda. Yang jelas ini semua adalah ciri khas dari kota yang sedang merangkak berkembang termasuk Palembang.

Itulah sedikit kesimpulan pengamatan saya mengenai kota dengan ikon jembatan Ampera ini. Sangat subjektif memang, dan tidak bisa merepresentasikan seluruh kondisi yang ada di Palembang. Tapi paling tidak inilah sudut pandang saya ’pendatang’ yang belum sempat menjajaki seluruh pelosok kota ini.

Satu hal yang cukup melegakan hati saya adalah testimony dari seorang penduduk asli palembang yang mengatakan ”kita sekarang tidak lagi merasa minder dan malu menjadi orang Wong Kito Galo..!, Palembang sudah maju pesat dibandingkan beberapa tahun yang lalu”.

Mhmm.. memang seperti inilah mestinya pembangunan, harus dirasakan langsung secara positif oleh mereka yang tinggal di dalamnya” batinku.

Biarkanlah Palembang dan seluruh penduduknya berjuang memajukan kota tercinta mereka. Sebagai seorang pendatang sesaat, saya tidak ingin mencampuri urusan mereka, apalagi sekarang di kota ini sedang marak kampanye pilkada Gubernur, yang setiap calon menebar janji muluk, dengan program yang bombastis. Saya hanya bisa berdoa, semoga mereka mencatat setia ucapan, rencana, dan janji mereka selama kampanye. Sebab janji adalah hutang...! semakin banyak orang yang diberikan janji, maka semakin banyak hutang mereka bagi konstituennya, semua janji itulah yang akan dimintakan pertanggung jawabannya kelak di Akherat.

Mulutmu harimaumu..! ucapan seringkali meluncur deras bak peluru senapan, sulit ditangkap, tak terlihat, tapi amat besar dampaknya. Semoga mereka menyadari dan mencatat semua ucapan mereka.

Saat kampanye rakyat dijunjung, saat terpilih rakyat tak dikunjungi. Saat kampanye rakyat di undang bertemu, sesudah menang rakyat tak bisa bertemu. Semoga saja kejadian berulang di setiap daerah di Indonesia tak terulang di Kota ini.

Satu lagi harapan saya, semoga penduduk kota ini tetap dijaga keimanan dan ketaatan mereka terhadap agamanya. Semoga mereka dapat merasakan nikmatnya hasil pembangunan dan jerih payah setiap usaha mereka. Dan jangan sampai mereka dirundung kekecewaan atas efek negatif deras laju pembangunan.

”Palembang I’m Coming...” bisikku dalam hati.

Tidak ada komentar: