Kamis, 27 Maret 2008

Menangislah Jika Harus Menangis

Menangislah, bila harus menangis..!!

My Diary: Lombok Raya Hotel, 21 November 2007.

Menangislah.. bila harus menangis…

karena kita semua manusia...

Manusia bisa terluka, manusia pasti menangis,

dan manusia pun bisa mengambil hikmah...

Dibalik segala duka, tersimpan hikmah.....

--- air mata, Dewa 19 album Cintailah Cinta ---

Adakah diantara kita yang tidak pernah menangis dalam hidup? Seandainya ada, pasti anda adalah seorang pembohong, sebab tangisan merupakan hal yang paling didambakan setiap orang tua saat anaknya lahir. Jadi, paling tidak 1 kali seumur hidup kita pasti pernah menangis, satu kali menangis pun merupakan hal yang hampir bisa dikatakan mustahil, sebab komunikasi seorang bayi adalah dengan tangisan, saat mereka lapar, mengompol, sakit, dan membutuhkan sesuatu, pasti tanda yang diberikan berupa tangisan. Bahkan seeorang bayi yang bisu pun, tetap bisa menangis, walaupun terkadang tidak mengeluarkan suara.

Jangan pernah kita berkata bahwa kita ini orang tegar yang tidak pernah menangis. Atau agar anda terkesan tegar, maka anda malu mengakui bahwa anda pernah menangis. Orang sepertinya sudah cenderung mempersepsikan bahwa airmata adalah dominasi kaum wanita, tidak aneh jika mendapati wanita yang menangis sebab perasaan mereka memang sensitif. Sebaliknya dengan kamu pria, meneteskan airmata akan dianggap bahwa dia tidak tegar alias ‘cengeng’ bahkan dianggap tidak layak untuk menjadi kaum laki-laki, “udeh pake rok aje deh lo...!” kata teman saya.

Saya cenderung tidak setuju dengan stereotip di atas, sebab pada beberapa kondisi, tangisan menjadi hal yang sangat bermakna dan dinantikan. Saat bayi dilahirkan misalnya, tangisan bayi menjadi tanda bahwa ia dilahirkan dengan selamat. Tangisan bagi bayi yang belum bisa berbicara merupakan isyarat bahwa ada sesuatu yang dia butuhkan. Saat memanjatkan doa atau beribadah, tangisan bisa dijadikan penambah kekhusukan atau menambah kedekatan kita dengan Allah, bahkan banyak orang percaya bahwa setiap tetesan airmata akan menjadi saksi ketakwaan kita dan menjadi perantara bagi doa kita.

Memang ada juga tangisan yang layak kita anggap negatif, tangisan yang tidak datang dari hati misalnya, orang biasa menyebutnya dengan ’airmata buaya’. Tangisan anak manja yang rewel, juga sangat menguji kesabaran orangtua, atau tangis penyesalan yang sia-sia.

Jadi, tidak ada salahnya kan kalau kita menangis,asalkan tangisan tersebut bermakna dan memberikan kontribusi positif bagi diri kita. Jika kita ukur secara matematis, maka setiap tetesan air mata yang kita keluarkan harus menjadi modal bagi kita unutk meraih hasil yang kita inginkan. Jika tidak, maka air mata yang kita keluarkan hanya akan sia-sia, apalagi jika air mata tersebut diiringi dengan sebuah jiwa keputusasaan.

Dalam menulis diary ini saya tidak dalam kondisi bersedih apalagi menangis dengan air mata yang menganak sungai, hati saya bahagia dan senang. Hanya saja saya terkenang pada sebuah kenangan bahwa saya pernah menangisi sesuatu yang saat itu memang tidak layak saya tangisi, ’tangis penyesalan’ yang tiada berguna. Layakkah kita menangisi apa yang memang tidak layak kita miliki? Jagalah air mata anda, jangan sampai ia kering untuk sebuah kejadian yang tidak layak untuk ditangisi...!


Tidak ada komentar: