Kamis, 27 Maret 2008

Belajar dari Air

Belajar dari Air.

75% bumi kita diliputi oleh air, sepertiga tubuh kita diisi oleh air. Dan seluruh aktifitas hidup kita tak luput dari peran serta air. Dari mulai mandi, memasak, minum, buang air besar, bercocok tanam, kegiatan lainnya yang membutuhkan air.

Air sangat berguna bagi manusia namun juga dibalik kemulti gunanya, ternyata air menyimpan potensi besar untuk memusnahkan. Betapa tidak, ketiadaan air dapat membuat orang susah dan menderita, sedangkan keberadaannya yang berlebihan ternyata juga bisa menyebabkan kesengsaraan seperti banjir.

Air juga tidak bisa dipisahkan dari sejarah. Banyak peristiwa besar yang telah diukir oleh air. Sebutlah air bah yang menggelamkan kaum Nabi Nuh, air laut yang menggelamkan Fir’aun, atau dilemparnya nabi Yunus kedalam air. Dan bisa jadi melalui siklus airnya, membuat kita meminum air yang dulu menenggelamkan Fir’aun, atau air yang pernah jadi tumpuan bahtera nabi Nuh.

Selain hal diatas, ternyata banyak juga hikmah yang dapat kita petik dari keberadaan air di bumi ini. Air selalu mengikuti bentuk wadahnya serta mengisinya. namun, kadar dan kandungan air itu sendiri tidak pernah berubah. Hal itu mengisyaratkan keistiqomahan air dan kefleksibelan air dalam beradaptasi. Betapa tidak dimanapun kita berada kita harus selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup kita dan dapat berinteraksi di dalamnya Tapi, kita juga selalu dituntut untuk selalu memegang identitas kita sebagai seorang muslim. Bahkan lebih jauh dari itu kita dituntut untuk bisa mengisi lingkungan kita dengan nilai keislaman.

Keberadaan air adalah sebagai Isyarat bagi kita atas nikmat, ujian, dan hukuman. Keberadaan air adalah nikmat, namun juga ujian apakah kita bisa mensyukuri nikmati itu. Bahaya dari air adalah ujian bagi orang beriman, namun juga hukuman bagi orang kafir.

Siklus air adalah simbol kesabaran atas consensus alam. Air tidak pernah mengeluh ketika dipanaskan, ketika didinginkan ia juga tak pernah marah, malah dengan kedua hal tersebut ia juga masih bisa memberikan manfaat bagi orang yang membutuhkan. Ia siap menjadi asin, manis, keruh, kotor atau bentuk apapun yang alam inginkan, tapi ketika saatnya ia harus menguap dan naik keangkasa ia akan menunjukkan wujud aslinya yang bening dan suci. Begitu pula diri kita, tak peduli apakah berkulit putih, kuning, coklat hitam, berwajah cantik, tampan, atau buruk rupa, kita harus dapat menunjukkan kesucian diri kita ketika menghadap Allah. Karena Allah melihat pada hakikat (yang terletak pada hati) bukan pada bentuk fisik.

Masih banyak lagi hikmah air yang belum terkuak oleh kita, begitu juga dari hamparan air dan langit yang selalu menunggu untuk di terjemahkan hikmahnya sebagai penguat keimanan kita. Bukanlah Allah pernah berfirman : “Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu. (QS. Al Alaq 1-2). Allahu A’lam.

Tidak ada komentar: